Faktor Perubahan Makna (Djajasudarma, 1993:62-63)
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya perubahan makna menurut Sapir yang
dikutip oleh Ullmann (1972:193), antara lain:
a) bahasa berkembang
b) makna kata sendiri itu samar, kacur (bisa ‘racun’
atau bisa ‘dapat’ ? tanpa konteks tidak jelas maknanya,
c) kehilangan motivasi (loss of motivation),
d) adanya makna ganda,
e) karena ambigu (ketaksaan) “amoiguos context”,
f) struktur kosa kata.
Faktor-faktor
penyebab perubahan makna menurut Chaer
(1990):
1. Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan
2. Perkembangan sosial dan budaya
3. Perbedaan bidang pemakaian
4. Adanya asosiasi
5. Adanya pertukaran tanggapan indera
6. Perbedaan tanggapan
7. Adanya penyingkatan
8. Adanya pengembangan istilah
Menurut Ullman dalam (Sudaryat,
2009:47), ada beberapa faktor yang mengakibatkan perubahan makna yaitu:
a.
Faktor lingustik
b.
Faktor historis
c.
Faktor psikologis
d.
Faktor bahasa asing
e.
Faktor kebutuhan leksem baru
Faktor-aktor penyebab peubahan makna
menurut Ullmann dalam Pateda (2010: 163-167) menyebutkan beberapa hal sebagai penyebab
perubahan makna, yaitu
(a) faktor kebahasaan (linguistic causes),
(b) factor kesejarahan (historical causes),
(c) faktor social (social causes),
(d) faktor psikologis (phsychological causes),
(e) pengaruh bahasa asing
(f) kebutuhan kata yang baru.
Slamet Muljana(1964) menyebutkan
perubahan makna disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
a. Perbedaan
lingkungan, misalnya kata menggambleng dalam lingkungan pandai besi
berarti 'menempa', sedangkan dalam lingkungan umum diberi arti ' memasukkan
semangat'.
b. Asosiasi,
misalnya kata 'catut 'alat untuk mecabut paku' kata itu juga berarti 'menarik
keuntungan'
c. Tanggapan
pemakai bahasa karena adanyanilai rasa kasar dan nilai rasa halus (ameliorasi
dan peyorasi).
Beberapa diantara latar tau faktor penyebab perubahan makna
itu dapat dipaparkan sebagai berikut.
- Perkembangan dalam bidang ilmu
dan teknologi. Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata. Sebuah kata yang
tadinya mengandung konsep makna tentang sutau yang sederhana, tetap
digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah akibat
pandangan baru tentang suatu ilmu dan perkembangan teknologi.
Contoh ; kata berlayar yaitu
dulu hanya digunakan untuk kapal/ perahu yang menggunakan layar”tenaga angin”
tetapi sekarang perahu/ kapal yang menggunakan mesin disel/turbo/uap, tetapi
kata berlayar tetap digunakan untuk menyebut perjalanan di air. Kata Sastra
ini bermakna ‘tulisan’ atau ‘huruf’; lalu berubah makna menjadi ‘buku’;
kemudian berubah lagi menjadi ‘ buku yang baik isinya dan bahasanya’; dan
sekarang yang disebut karya sastra adalah karya yang bersifat imaginatif dan
kreatif. dll.
- Perkembangan sosial dan budaya.
Perkembangan dalam masyarakat tentang sikap sosial dan budaya, juga
terjadi perubahan makna. Jadi bentuk katanya tetap sama tetapi konsep
makna yang dikandungnya telah berbeda.
Contoh; istilah perkerabatan. Kata Saudara,semula
berarti seperut/ sekandung tetapi sekarang digunakan juga untuk menyebut orang
lain, sebagai sapaan, untuk yang sederajat, begitu juga dengan kata bapak,
ibu, yang mengalami perluasan makna.
- Perbedaan bidang pemakainan.
Bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan memilki kosakata tersendiri
yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang
tersebut. Contoh: dalam bidang pertanian (menggarap, membajak, panen,
menabur, menanam,dll) yang dalam perkembanganya digunakan dalam kehidupan
sehari- hari atau bidang lain yang tentunya menjadikanya memiliki makna
baru atau makna lain.
- Adanya Asosiasi. Adanya
hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang lain yang
berkenaan dengan bentuk ujaran tersebut,”bila disebut ujaran tersebut maka
yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran
tersebut. Contoh; suaranya sedap didengar/ wajahnya manis.
Kata sedap dan manis adalah urusan indra perasa lidah tetapi menjadi
tanggapan indra pendengaran dan pengelihatan.
- Perbedaan tanggapan. Contoh ;
kata bini lebih peyoratif (nilainya merosot menjadi rendah), sedangkan
istri dianggap amelioratif (nilainya naik menjadi tinggi). Dulu penggunaan
kata bini adalah hal yang biasa dan lazim digunakan untuk menyebut
pasangan hidup tetapi karena berbedanya tanggapan akhirnya kata bini
dianggap sebagai peyoratif dibandingkan kata istri.
- Pengembangan istilah.
Memanfaatkan kosakata yang telah ada dengan memberikan makna baru, baik
dengan menyempitkan, meluaskan, ataupaun memberikan arti baru sama
sekali.contoh : papan’lempeng kayu’ kini menjadi perumahan/rumah,
sandang’selendang’kini bermakna pakaian.
- Akibat ciri dasar yang dimiliki
oleh unsur internal bahasa, yakni makna kata selain dapat memiliki
hubungan erat dengan dengan kata lainnya, misalnya dalam kolokasi,
makan dan bentuk kata, bisa juga tumpang tindih, misalnya dalam polisemi,
sinonimi, homonimi. Kolokasi yang sangat ketat antara kopi dangan minuman,
misalnya, menyebabkan adanya perkembangan makna kopi itu sendiri yang
selain mengacu pada “buah” juga “bubuk” dan “minuman”.
- Akibat adanya proses gramatik,
yaitu misalnya kata ibu akibat mengalami relasi gramatik dengan kota
akhirnya tidak merujuk pada “wanita” tetapi pada tempat atau daerah.
- Akibat unsur kesejarahan, yakni
berkaitan dengan perjalanan bahasa itu sendiri dari generasi ke generasi,
perkembangan konsep ilmu pengetahuan, kebijakan institusi, serta
perkembangan ide dan objek yang dimaknai. Sebagai contoh kata penghayatan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila berbeda dengan penghayatan
musik klasik.
- Faktor emotif, yakni pergeseran
makna yang ditandai oleh adanya asosiasi, analogi, maupun perbandingan
dalam pemakaian bentuk bahasa. Terdapatnya asosiasi, analogi dan perbandingan
salah satunya menyebabkan adanya bentuk metaforis, baik secara antromofis,
perbandingan binatang, dan sinaestetis.Metafora antromofis yaitu
penataan relasi kata yang seharusnya khusus untuk fitur manusia tetapi
dikaitkan dengan benda- benda tak bernyawa. Contoh:pagi berseri, malam
yang bisu, belaian angin,dll. Metafora binatang yaitu pemakaian
yang hanya khusus untuk binatang tetapi dikaitkan dengan benda tak
bernyawa maupun dengan manusia. Contoh: jago tembak, tulisan cakar
ayam, kumis kucing, dll. Metafora sinaestetis yaitu
pemindahan asosiasi fitur semantis satu refren ke refren tertentu yang
secara analogis memiliki kesejajaran sifat. Misalnya kata pedas yang hanya
untuk sambal, dipindahkan untuk pembicaraan maupun kata, misalnya kata-
katanya pedas.